My Coldest CEO

17| Get Special Treatment



17| Get Special Treatment

0Felia memilih untuk menghentikan langkah kakinya, lalu mulai mendekat ke pajangan tersebut untuk memfokuskan kedua mata kalau apa yang di lihatnya saat ini bukanlah sebuah kesalahan.     

"Leonardo Luis?"     

"What the hell..."     

Membungkam mulutnya, ia terkejut setengah mati karena ternyata sang pemilik rumah adalah laki-laki dua hari lalu bertemu dengan dirinya. Berarti, tadi malam ia berbicara dengan Leo? Tunggu, ini tentu saja bukan suatu kebetulan.     

Ia masih meneliti bingkai yang masih terlihat jelas kalau di sana ada foto keluarga yang menampilkan Leo sebagai seorang ayah dari Vrans Moreo Luis. Kebanyakan hanya foto mereka bertiga tanpa sosok wanita yang seharusnya memiliki peran menjadi seorang ibu. Jadi, apa dirinya benar-benar terjebak di dalam kehidupan Leo? Tidak, tidak mungkin. Sudah pasti ini adalah yang terakhir kalinya berhubungan tentang laki-laki tersebut.     

"Nona? kenapa kamu berhenti?saya pikir sedari tadi kau mengikuti langkah saya."     

Suara bariton tersebut berhasil mengambil alih perhatian Felia, membuat wanita itu menolehkan kepalanya ke arah Bara yang sudah berdiri tepat di samping tubuhnya.     

"Eh? Iya aku sedang melihat-lihat foto yang terpajang saja. Ternyata mereka berdua nyaris tanpa celah mengecewakan ya, sangat tampan." ucap Felia yang seolah-olah kalau dia memang sedang memikirkan hal itu, padahal ia terkejut setengah mati karena ternyata kembali masuk ke ruang lingkup seorang Leonardo Luis.     

Astaga, pantas saja mansion besar ini tidak bisa sembarangan di masuki oleh mobil apalagi taksi online. Belum lagi memiliki pekerja di setiap sudut rumahnya, sial ia sangat menyesal karena tidak pernah tertarik dengan sosial media untuk mencari tahu tenteng semua orang terpandang di dunia ini. Baiklah, menyesal pun tiada arti dan sudah pasti tidak akan pernah mengubah apa yang sudah terjadi. Ya, jalani saja apa yang ia hadapi saat ini.     

Bara menolehkan kepalanya ke arah bingkai foto yang memang sudah terpajang di sana sejak lama. Dari sang Tuan bersama dengan Tuan muda saat masih berumur kecil sampai sudah besar pun terabadikan di sana dengan sangat sempurna.     

Tapi, percuma ada kesempurnaan kalau tidak ada seorang wanita yang menjadi support system di kehidupannya.     

"Iya, mereka memang sangat tampan. Banyak sekali yang mengejar-ngejar, bahkan tak jarang ada wanita yang iseng datang me mansion ini dan untung saja petugas keamanan kami sangat sigap." balas Bara memberikan penjelasan.     

Felia menganggukkan kepalanya, paham. Tapi yang ia tidak mengerti, kenapa saat ini Leo masih tidak bersanding dengan wanita manapun untuk mengisi ruang hatinya supaya foto keluarga mereka terlihat seperti keluarga utuh yang sangat berbahagia.     

"Tapi Tuan muda sangat dingin dan mengintimidasi, penerus Luis Company di New York City. Dan syukurlah saat ini sudah memiliki pasangan, bahkan sudah menikah."     

"Iya, aku tahu akan hal itu. Mereka memang pasangan yang sangat sempurna," komentar Felia.     

Kalau boleh jujur, Felia sama sekali tidak mengerti dengan topik pembicaraan saat ini. Sama layaknya seperti pemeran film yang memainkan bagiannya, ia hanya mangut-mangut saja seolah-olah dirinya memang tahu hal itu.     

Padahal, ia sama sekali tidak pernah memperhatikan Vrans yang sudah menikah saja ia sama sekali tidak tahu.     

Mengenai reward yang mungkin saja diberikan padanya karena bisa sekali berperan seolah-olah dirinya sangat tahu banyak hal.     

"Sepertinya Tuan jatuh cinta sama Nona," ucap Bara tiba-tiba sambil menatap Felia dengan sangat sopan. Menunjukkan sebuah senyuman, menambahkan kesan berwibawa pada dirinya yang dibaluti oleh pakaian chef.     

Felia sedikit membulatkan matanya, ia tidak sangka kalau orang-orang mulai mengira kalau dirinya ini adalah kekasih dari Leo. Padahal tidak tahu saja kalau ia hanya seorang maid yang bekerja di rumah Azrell, sang kekasih sungguhan dari Tuan rumah ini. "A-ah iya, kurasa kalau takdir berpihak pada kita, pasti kita akan dipersatukan untuk menjadi keluarga kecil." ucapnya.     

Merutuki ucapan yang keluar dari mulutnya seolah-olah ia adalah seorang kekasih yang mengharapkan masa depan cerah bersama sang laki-laki terlampau kaya itu, ia memaki dirinya saat ingat sebuah kalimat kalau ucapan adalah doa.     

Jadi, ia pikir dirinya ini bodoh.     

Bagaimana kalau nanti... ah tidak, tidak mungkin! Mana ada seorang Leo menaruh hati pada gadis seperti dirinya? Bekerja menjadi maid, bahkan tanpa paksaan Azrell mungkin penampilannya sangat buruk dan tidak enak di pandang. Bukannya bangga mendapatkan pasangan seperti dirinya, mungkin laki-laki tersebut akan malu.     

"Kalau begitu, biar saya doakan supaya tersemogakan. Tuan sangat pintar memilih pasangan, wanita yang sopan dan anggun seperti dirimu sangat pantas untuk bersanding dengan Tuan." ucapnya sambil memberikan sebuah senyuman yang masih sama hangatnya seperti awal pertemuan mereka. Berbicara tentang kebenaran, jika Leo adalah laki-laki yang memang selalu memilah milih dalam menentukan pasangannya.     

Felia meneguk salivanya, kalau seperti ini bukankah sudah susah ya menghindari zona? Astaga, ia berharap kalau semua ini akan segera berakhir. "Terimakasih, Bara. Kamu sangat baik," ucapnya yang hanya bisa merespon dengan kalimat sederhana saja. Habisnya kalau merasa senang, itu tidak mungkin kan? Karena ia tidak mau munafik dengan kebetulan ini bisa saja menjadi pertemuan yang menimbulkan kebiasaan.     

Dan ya, kebiasaan bisa saja menjadi awal untuk menumbuhkan sebuah perasaan yang takutnya tidak bertuan.     

"Baik Nona, apa kamu sudah selesai dengan melihat-lihat foto Tuan?" tanya Bara yang menanyakan hal sederhana, namun memang dirinya sangat bertata Krama jadi ya berusaha bertanya terlebih dahulu supaya tetap nyaman.     

Felia menganggukkan kepalanya, "Ah, iya sudah Bara. Ku pikir sudah cukup." ucapnya.     

"Baik, kita kembali ke tujuan utama."     

Melihat Bara yang sudah berbalik badan dan mulai melangkahkan kakinya membuat Felia melakukan hal serupa dengan laki-laki tersebut.     

...     

Sesampainya di ruang makan yang memang bersebelahan dengan dapur yang super bersih ..     

"Silahkan duduk, Nona. Akan saya buatkan sarapan yang spesial untuk diri mu," ucap bara yang menarik kursi untuk Felia membuat wanita tersebut langsung saja duduk di sana dengan perasaan berbunga-bunga karena di perlakukan layaknya seorang putri kerajaan.     

"Terimakasih, Bara." ucapnya sambil memberikan sebuah senyuman tipis, menaruh tas selempang miliknya di kursi yang berada tepat di sampingnya. "Euhm sebenarnya omelette saja sudah cukup, jangan membuang-buang tenaga mu untuk diri ku." sambungnya yang memang selalu tidak merasa tidak enak dengan perlakuan yang sangat baik dari orang lain, ia hanya tidak bisa membalas jasanya.     

Bara yang baru saja ingin pamit dari hadapan Felia untuk segera membuatkan seporsi hidangan dalam waktu sarapan ini, langsung saja membalikkan tubuhnya kembali. "Kenapa Nona? Omelette sangat basic, biarkan saya menghidangkan menu lainnya untuk sarapan mu." ucapnya yang memang tidak pernah merasa keberatan, lagipula ini profesinya.     

Mumpung Leo tidak ada 3 hari di mansion ini, membuat Bara merasa lega akhirnya ada tamu yang ditunggu-tunggu sesuai aba-aba Tuan rumahnya untuk mengasah kembali kemampuan memasak yang memang setara dengan masakan para hotel atau restoran bintang 5.     

"Ah itu terdengar merepotkan, Tuan. Biasanya aku hanya sarapan American Breakfast saja, tidak perlu di buatkan yang aneh-aneh." Masih merasa tidak enak, itulah sifat Felia.     

Bara terkekeh kecil, bagaimana bisa Tuan rumahnya mendapatkan wanita yang sangat rendah hati dan tidak enakan seperti ini? Karena biasanya, para wanita akan oke-oke saja dengan penawaran yang sangat berkualitas. Bahkan terkadang tanpa pikir panjang saja langsung meminta tanpa bertanya ataupun di tawarkan, tapi Felia memang benar-benar berbeda.     

"Kalau begitu, mungkin ini saatnya Nona mencoba sesuatu yang baru. Dan biarkan saya membuatkan makanan untuk mu, di jamin tidak akan menyesal."     

"Pasti Leo akan memarahi ku karena sudah menghabiskan bahan makanan, malah untuk membuatkannya untuk diri ku."     

"Kenapa begitu? Justru Tuan sendiri yang mengatakan pada saya untuk membuatkan hidangan spesial buat Nona. Jadi, itu sudah menjadi tugas sekaligus kewajiban bagi saya."     

Tidak ingin memperpanjang argumentasi ini lagi, Felia segera menganggukkan kepalanya. "Baiklah kalau begitu, aku setuju." ucapnya yang lebih memilih mengalah saja.     

Bara menganggukan kepala, "Kalau begitu Nona tunggu sebentar dan akan saya langsung buatkan menu spesial untuk sarapan mu pada hari ini." ucapnya sambil membungkukkan sedikit tubuhnya, dengan postur sopan. Lalu berpamitan untuk melaksanakan tugas yang seharusnya memang sudah ia lakukan sedaritadi.     

Sedangkan Felia? ia memutuskan untuk mengambil ponsel yang berada di dalam tas selempang. Memang tidak ada hal lain yang bisa mengisi waktu luang selain benda pipih ini, iya kan?     

Melihat-lihat lagi akun sosial media, namun kali ini jarinya tertuju untuk mencari tahu tentang Leonardo Luis di web paling terkenal yang selalu di pergunakan seluruh orang di dunia untuk mencari tahu sesuatu. Mengetikkan nama laki-laki tersebut, lalu langsung saja muncul biodata hidup.     

Dari nama lengkap, umur, pekerjaan, sampai status hidup pun tertulis di sana. Di katakan sebagai salah satu pengusaha panas yang memiliki banyak uang, bahkan tak segan-segan menghabiskan banyak uang untuk sesuatu yang sekiranya kurang bermanfaat. Tidak, bukan berarti ia membuang-buang uang, tapi sebelumnya sudah banyak yayasan yang lebih memerlukan uang pun sudah di sumbangkan ke sana. Ya namun namanya juga Leo, ingin berbaik hati dengan kekayaan adalah hal yang paling mulia.     

"Ternyata memang aku saja yang ketinggalan berita, kenapa tidak dari dulu saja ya aku update?" tanyanya pada diri sendiri merasakan penyesalan karena dirinya memang katro, katakan saja kebenaran itu dengan sangat lantang.     

Jadi, kini dirinya berada di zona yang seharusnya ia hindari, iya kan? Jangan sampai hanya karena seorang laki-laki membuat hubungannya dengan Azrell yang sudah pasti masih menyimpan ribuan harapan untuk Leo, hancur seketika.     

Ia berjanji, setelah sarapan akan segera pergi ke kamar tamu dan membereskan semua barang-barang milik Azrell ke dalam koper yang ia bawa dari rumah. Dan setelah itu, pergi tanpa ada niatan untuk kembali.     

"Kalau seperti ini jadinya, rasa ingin keluar negeri dan menetap di tempat lain sangat besar. Tapi aku sadar tidak punya uang lebih, menyedihkan."     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.